Universitas Indonesia (UI) disorot dan dikecam karena mengundang peneliti Universitas Stanford, Peter Berkowitz, menyampaikan orasi ilmiah dalam kegiatan Pengenalan Sistem Akademik Program Pascasarjana UI di Kampus UI, Depok, pada Sabtu (23/8). Bukan tanpa sebab, Berkowitz merupakan keturunan Yahudi yang kerap menyatakan dukungan terhadap Israel.
Berkowitz kerap menyampaikan dukungan terhadap Israel melalui buku maupun artikelnya. Salah satunya, berjudul 'Israel and The Struggle Over the International Laws of War' yang diterbitkan tahun 2012.
Salah satu kecaman terhadap UI datang dari Baitul Maqdis Institute.
"Dengan ini menyatakan keprihatinan sekaligus kecaman atas diundangnya Peter Berkowitz, sosok yang dikenal sebagai pendukung agresi brutal dan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza, dalam kegiatan orasi ilmiah yang diselenggarakan oleh UI," kata Direktur Utama Baitul Maqdis Institute, Fahmi Salim, lewat keterangannya, Minggu (24/8).
Fahmi menilai UI harusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Ia menyayangkan sikap UI yang memberi panggung terhadap tokoh yang mendukung penjajahan terhadap Gaza, Palestina.
"Sebagai lembaga akademik yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, UI telah melakukan tindakan yang sangat disayangkan dengan memberikan panggung bagi tokoh yang secara terbuka mendukung kebijakan luar negeri Israel yang menindas dan menzalimi rakyat Palestina," ujarnya.
Baitul Maqdis Institute membeberkan rekam jejak Berkowitz yang merupakan mantan pejabat AS, arsitek pembenaran penjajahan di tanah Palestina yang telah menewaskan 63.000 orang.
"Peter Berkowitz, mantan pejabat AS pada era periode pertama Presiden Donald Trump, tercatat sebagai salah satu arsitek narasi pembenaran terhadap tindakan militer Israel yang telah menewaskan ribuan warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, di Jalur Gaza," kata Fahmi.
"Hingga kini, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mencatat hampir 63.000 warga Gaza tewas sejak Oktober 2023, termasuk ratusan warga yang mati kelaparan akibat genosida penjajah Israel," sambungnya.
Fahmi menyesalkan UI yang tidak mengecek profile Berkowitz sebelum mengundangnya.
"Tidak sulit mencari opini, pemikiran, dan visi Berkowitz yang sangat militan mendukung penjajah Israel. Bahkan akademisi pendukung Zionisme itu sangat getol mengkritisi pihak-pihak di AS dan Eropa, seperti akademisi, mahasiswa, jurnalis, diplomat yang mengutuk tindakan genosida Gaza sebagaimana tercermin dalam opini-opininya di situs media konservatif AS realclearpolitics.com antara lain Human-Rights Bodies Corrupt Human Rights To Vilify Israel pada 27 April 2025, Disregarding Military Necessity To Accuse Israel of War Crimes, pada 22 Desember 2024, Trump and Congress Gear Up To Fight Campus Antisemitism pada 24 November 2024, dan masih banyak lagi," ungkapnya.
Lebih lanjut Baitul Maqdis Institute juga mempertanyakan nilai ilmiah apa yang menjadi dasar UI sehingga mengundang Peter.
"Atas dasar itu, kami mempertanyakan: nilai ilmiah macam apa yang dapat dipetik dari orasi seorang Berkowitz? Bukankah dunia akademik seharusnya menjadi ruang yang menjunjung tinggi objektivitas, keadilan, dan keberpihakan pada kemanusiaan?" imbuhnya.
"Karena itu, Baitul Maqdis Institute menilai terlalu naif jika UI, sebagai institusi pendidikan tinggi terkemuka, mengaku kurang hati-hati dalam memeriksa background Berkowitz, karena tulisan-tulisannya, yang sangat aktif berdiri sebagai pendukung utama genosida yang dilakukan penjajah Israel di Jalur Gaza, amat mudah dilacak oleh publik," sambungnya.