
KAPOLDA Metro Jaya Irjen Karyoto memastikan akan menempuh jalur hukum terhadap pihak-pihak yang menyebarkan berita bohong atau hoaks terkait isu dirinya mundur dari Polri serta tudingan ia marah kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo karena dirotasi menjadi Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Polri, bukan Kabareskrim.
Ia geram dengan perbuatan tidak bertanggung jawab tersebut. "Ya pasti (diproses hukum)," kata Karyoto, Jumat (8/8).
Jenderal polisi bintang dua ini menyebut tengah melacak terduga pelaku. Pelacakan dilakukan di berbagai platform media sosial (medsos), sebab banyak berita bohong itu bertebaran di medsos, salah satunya X.
"Sedang di-trace (dilacak). Biasanya akun LN, buzzer mahal," ujar mantan Deputi Penindakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.
Sebelumnya, Karyoto menepis isu mundur dari Polri setelah dimutasi menjadi Kepala Badan Pemelihara dan Keamanan (Kabaharkam) Polri. Karyoto menyebut isu itu tidak benar dan hubungannya dengan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo baik.
"Tidak ada, sama sekali tidak ada. hubungan saya sama Pak Kapolri itu sangat bagus. Beliau sangat sayang ke saya, dan saya sangat hormat ke beliau, kalau ada apa-apa saya pasti ngomong ke beliau," kata Karyoto.
Karyoto menyebut pembuat berita itu adalah akun anonim yang tidak bertanggung jawab. Ia memandang akun itu seolah-olah ingin mempertentangkannya dengan Kapolri Jenderal Listyo. Padahal, kata Karyoto, ia sangat menghormati Kapolri dan bersyukur dipercayakan untuk mengemban amanah menjadi Kabaharkam.
"Tidak ada penolakan jabatan, saya sangat menghormati Kapolri," tegas Karyoto.
Isu tersebut berawal dari unggahan dari salah satu akun X yang mengunggah narasi yang mempertanyakan soal mundurnya Karyoto usai dimutasi Kapolri. Untuk diketahui, Karyoto dirotasi sebagai Kabaharkam dan akan mendapat kenaikan pangkat menjadi Komisaris Jenderal (Komjen).
"Akang jenderal, serius resignnya? Semarah itukah dirimu?," tulis akun itu.
Akun X lainnya menimpali. Bahkan, ia menambahkan sebuah pamflet dengan judul besar "Jakarta Undercover".
Dalam pamflet itu, ada tiga sub judul. Pertama, Batal jadi Kabareskrim, Jenderal Bintang Dua "Ngamuk" di Kantor Kapolri: Ada Apa di Balik Janji dan Amarah?.
Kedua, Baru Dimutasi Aja Udah Ngamuk-ngamuk. Padahal Katanya Siap Ditempatkan di Mana Saja? Atau Siap Asal Tetap Pegang Kuasa?. Ketiga, Yang Katanya Ksatria Bhayangkara, Kok Ngamuk Kayak Ormas? Kalau Mutasi Saja Bikin Emosi, Gimana Terhadap Rakyat. (P-4)