Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona hijau pada penutupan perdagangan Rabu (13/8), naik 101,21 poin atau 1,30 persen ke level 7.892,91. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 7.835,30 hingga 7.903,05.
Sejumlah analis juga optimistis IHSG berpeluang menembus level psikologis 8.000 pada Agustus ini, tepatnya menjelang peringatan HUT ke-80 RI. Sentimen positif datang dari rotasi sektor ke saham perbankan serta ekspektasi penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menargetkan momen kemerdekaan menjadi ajang pencatatan rekor baru.
“IHSG per hari ini telah tumbuh lebih dari 1 persen pak dan sudah mencapai 7.600 hari ini. Tolong doakan sama-sama, di ulang tahun ke-80 Republik Indonesia, indeks kita bisa mencapai 8.000,” ujarnya saat peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia di Main Hall BEI, Jakarta Selatan, Senin (28/7).
Pengamat pasar modal sekaligus analis Reliance Securities, Lanjar Nafi, menilai target tersebut realistis dan bisa tercapai pada Agustus.
Dia memandang saham perbankan kerap menjadi pilihan utama investor asing sebagai sarana diversifikasi di pasar negara berkembang. Terlebih seiring stabilnya risiko global, kemajuan negosiasi perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kembali di atas 5 persen, minat investor asing semakin besar.
"Dan arah BI rate yang memiliki ruang pemangkasan lanjutan, investor asing konsider untuk mendiversifikasi investasi mereka ke Indonesia,” jelas Lanjar kepada kumparan, Rabu (13/8).
Dia memproyeksikan IHSG berada di kisaran 7.985–8.179 hingga akhir tahun, dengan valuasi wajar price-to-earnings (PE) 13,34 kali. Selain perbankan, sektor yang diperkirakan berkinerja cerah tahun ini adalah properti, infrastruktur, pertambangan, industri, dan konsumer siklikal.
Senada Ekonom sekaligus Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menilai sektor perbankan atau IDX Financials punya prospek cerah di paruh kedua tahun ini.
“Perbankan berpotensi menjadi improving sector. Terjadi rotasi sektor dan semestinya perbankan bisa terdapat recovery dari sisi pertumbuhan kredit, apalagi pertumbuhan kredit yang berkualitas,” kata Nafan.
Menurutnya, kebijakan pelonggaran moneter BI akan menambah likuiditas di pasar keuangan, menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL), serta memperbaiki margin keuntungan bersih perbankan.
"Pertumbuhan kredit bisa terdapat recovery, ya, dari sisi pertumbuhan kredit, apalagi pertumbuhan kredit yang berkualitas, misalnya," imbuhnya.
Disclaimer: Keputusan investasi sepenuhnya didasarkan pada pertimbangan dan keputusan pembaca. Berita ini bukan merupakan ajakan untuk membeli, menahan, atau menjual suatu produk investasi tertentu.